Akhir minggu lalu, duo pesohor di jagat sepakbola dunia, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, sama-sama membuat satu catatan spesial, yakni memecahkan rekor 40 gol yang pernah pemain asal Portugal itu rajut usai masing-masing mencetak gol yang membuat mereka kini mengemas 41 gol di La Liga Spanyol.
Messi mencetak dual gol untuk Barca saat mengalahkan Levante 2-1, sementara tandukan Ronaldo memberi kemenangan 3-1 Real Madrid atas Sporting Gijon. Kini kedua superstar sepakbola negeri Matador ini pun memimpin tabel perburuan Sepatu Emas Eropa dengan masing-masing menghimpun poin sama, yakni 82 berkat torehan 41 golnya itu.
Kedua pemain ini terbilang nyaman dalam pacuan untuk mendapatkan Sepatu Emas. Pasalnya, di tempat ketiga, Robin van Persie, yang mencetak gol dari titik putih saat Arsenal menundukkan Wolves 3-0, baru mengumpulkan 54 poin dan berpeluang menggapai catatan 30 gol atau lebih di musim ini bersama the Gunners di laga sisa Liga Primer Inggris musim ini.
Sementara di Bundesliga Jerman Mario Gomez dan Klaas-Jan Huntelaar gagal mengkreasi gol ketika Bayern Munich ditahan Mainz 0-0. Adapun Schalke ditumbangkan musuh sekota, Borussia Dortmund, di rumah mereka sendiri 2-1.
Wayne Rooney memiliki poin yang sama seperti Huntelaar, yakni 48, usai striker Inggris itu mencetak dobel gol saat Manchester United menggulung Aston Villa 4-0 Minggu kemarin. Perolehan sama juga ditorehkan Burak Yilmaz meski ia gagal mencetak gol di laga yang berakhir 0-0 bagi Trabzonspor kontra Orduspor.
Duta Serie A Italia, Zlatan Ibrahimovic, masih tertahan di poin 46 lantaran semua laga di Italia akhir pekan kemarin harus tertunda menyusul bentuk penghormatan atas meninggalnya Piermario Morosini. Hal itu membuat poin Ibra sama dengan Aleksandr Cekulajevs.
Terakhir, Radamel Falcao masuk ke dalam daftar 10 besar untuk pertama kalinya di musim ini setelah ia mencetak gol tunggal dalam kemenangan 1-0 Atletico Madrid atas Rayo Vallecano.
Sejarah dan Sistem Penilaian
Pada tahun 1967-68, L'Equipe, majalah sepakbola kenamaan dari Prancis, membuat satu ajang penghargaan untuk para pencetak gol terbanyak di seluruh penuju liga Eropa atas performa mengilap mereka sepanjang satu musim. Dalam kurun waktu 1968 sampai 1991, nama-nama mentereng seperti Eusebio, Gerd Muller, Ian Rush dan Marco van Basten telah memenangkan trofi yang menjadi dambaan bagi pemain manapun tersebut.
Namun pada perkembangannya, muncul kontroversi karena adanya gap antara liga major dan minor yang mulai tumbuh di awal 90-an. L'Equipe malah memutuskan untuk membuat kompetisi ini menjadi tidak resmi setelah Federasi Sepakbola Siprus (CFA) melancarkan aksi protes keras pada tahun 1991. Darko Koven selaku pemenang award tersebut di musim itu diklaim mencetak 34 gol, padahal menurut CFA sang pemain telah mengemas 40 gol di Siprus sepanjang musim ketika itu.
Namun, Adidas, yang mensponsori penghargaan ini, masih mempersembahkan trofi tersebut sampai 1996 sebelum Majalah Olahraga Eropa [European Sports Magazine atau disingkat ESM], bersama L'Equipe sebagai salah satu anggotanya, akhirnya membuat kompetisi ini menjadi resmi kembali. Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terulang, ESM mengkategorikan semua liga di Eropa ke dalam tiga grup sesuai dengan superioritasnya. Untuk mendapatkan rating pemainnya, dilakukan perkalian dari bobot setiap grup tersebut dengan berapa jumlah gol si pemain. Dengan demikian, Sepatu Emas Eropa ini tidak lagi diberikan kepada mereka yang paling subur dalam mengoyak gawang lawan, tetapi kepada pemain yang mengoleksi poin terbanyak.
Sistem pembobotan sendiri ditentukan dengan menilik peringkat koefisien UEFA, yang mana nilai di sini bergantung pada hasil yang diperoleh dari setiap klub di liga-liga Eropa sepanjang lima musim yang telah dilalui. Beurntunglah bagi yang menempati ranking lima besar di peringkat koefisien UEFA, sebab mereka yang mencetak gol, akan dikalikan dua, sementara yang mencetak gol di liga yang menduduki urutan keenam sampai 21 dikalikan 1,5. Sementara untuk siapapun yang berhasil mencetak gol di semua liga Eropa itu sendiri bernilai satu poin.
Sistem penilaian seperti ini dibuat demi menghindari para pemain dari liga-liga lemah yang kemungkinan bisa dengan mudah memenangkan Sepatu Emas Eropa, seperti misalnya liga di Armenia, Estonia, Azebaijan, yang jumlah bobotnya kalah dari Serie A Italia, La Liga Spanyol, Bundesliga Jerman atau Liga Primer Inggris.
Pemain-pemain seperti Thierry Henry, Cristiano Ronaldo, Diego Forlan dan Lionel Messi telah memenangkan Sepatu Emas Eropa ini dalam beberapa musim terakhir.
(goal)
0 komentar:
Posting Komentar